Restriction
Site DNA Sequencing
A. Pengantar
Enzim Restriksi
Enzim restriksi merupakan enzim yang dapat memotong
molekul DNA pada sekuens spesifik yang pangjangnya 4 sampai dengan 6 pasang
basa. Kerja enzim dalam tubuh inangnya adalah
mengenali dan memotong DNA (termasuk DNA faga tertentu) yang asing bagi bakteri
tersebut. Hal ini dilakukan sebagai mekanisme perlindungan bakteri terhadap DNA
yang menyelinap dari organisme lain seperti virus atau sel bakteri lain.
Enzim-enzim ini bekerja dengan memotong DNA pada lokasi-lokasi yang spesifik
mengenali daerah atau urutan DNA pendek dalam molekul DNA dimana urutan DNA
yang dikenali tersebut bersifat PALINDROME.
Selanjutnya enzim
tersebut akan memotong DNA pada titik tertentu di dalam urutan DNA tersebut.
Sel bakteri ini melindungi DNA-nya sendiri dari restriksi dengan menambahkan
gugus metil (CH3) pada adenine atau sitosindi dalam urutan yang
dikenali oleh enzim restriksi. Enzim-enzim restriksi yang telah ditemukan dan
telah tersedia secara komersial telah berjumlah ratusan.
Ada tiga tipe enzim restriksi yaitu tipe I, II dan III. Enzim restriksi
endonuklease tipe I dan III jarang digunakan, karena hasil pemotongannya tidak
tepat pada sekuens yang diinginkan, sedangkan enzim restriksi endonuklease tipe
II dapat memotong tepat atau dekat dengan sekuens yang diinginkan. Hasil
pemotongan enzim restriksi ada dua jenis. Hasil pemotongan yang menghasilkan
ujung tumpul atau “Blunt end” dan hasil pemotongan yang menghasilkan ujung
lancip/ lengket atau “Sticky end”.
Gambar 1. Pemotongan molekul DNA dengan enzim restriksi
endonuklease tipe I,
II dan III
Salah satu contoh enzim
restriksi adalah EcoRI yang telah
diisolasi pertama kali oleh Herbert Boyer pada tahun 1969 dari bakteri
Escherichia coli. Enzim EcoRI memotong DNA pada bagian yang urutan basanya
adalagh GAATTC (sekuens pengenal bagi EcoRI memotong DNA pada bagian yang
urutan basanya adalah GAATTC (sekuens pengenal bagi EcoRI adalah GAATTC). Di
dalam sekuens pengenal tersebut, enzim EcoRI memotongnya tidak pada sembarang
situs tetapi hanya memotong pada bagian atau situs antara G dan A. Beberapa contoh enzim restriksi endonuklease dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 2. Macam-macam enzim restriksi endonuclease
Sekuensing DNA
Sekuensing DNA atau pengurutan DNA adalah proses
atau teknik untuk menentukan urutan basa nukleotida pada suatu molekul DNA.
Sekuens DNA merupakan informasi paling mendasar suatu gen atau genom karena
mengandung instruksi yang dibutuhkan untuk pembentukan tubuh makhluk hidup. Sejarah sekuensing DNA
pada mulanya dilakukan dengan
mentranskripsikannya ke
dalam bentuk RNA terlebih dahulu karena
metode Sequencing RNA telah ditemukan sebelumnya. Pada tahun 1965, Robert Holley dan timnya dari Cornell University di New York, Amerika Serikat, mempublikasikan sekuens tRNA alanin dari khamir yang terdiri
atas 77 nukleotida. Sequencing tRNA tersebut membutuhkan waktu 7 tahun dan
hasilnya merupakan sekuens molekul asam nukleat yang pertama kali dipublikasikan.
Sekuens DNA yang pertama kali dipublikasikan
adalah DNA sepanjang 12 nukleotida dari suatu virus, yaitu bakteriofag lambda, pada tahun 1971, yang ditentukan dengan
cara serupa oleh Ray Wu
dan Ellen Taylor,
keduanya juga dari Cornell University.
Pada tahun 1975, Frederick Sanger dan Alan Coulson
dari laboratorium biologi molekular Medical Research Council Inggris di
Cambridge mempublikasikan metode Sequencing DNA secara langsung yang disebut
teknik plus–minus. Pada tahun 1977 Allan
Maxam dan Walter Gilbert di Amerika Serikat
Menemukan teknik sekuensing DNA yang memungkinkan seseorang dapat
mensekuensing ribuan urutan pasangan basa DNA dalam waktu setahun. Sejak
pertengahan tahun 1980-an, metode Sanger menjadi lebih umum digunakan. Pada
tahun 1986, tim Leroy Hood di California Institute of Technology dan Applied
Biosystems berhasil membuat mesin Sequencing DNA automatis berdasarkan metode
Sanger.
B. Proses
Metode sekuensing DNA yang pertama dikenal adalah
metode kimia yang dikembangkan oleh A.M. Maxam dan W. Gilbert pada tahun 1977. Metode Maxam-Gilbert dapat diterapkan baik untuk DNA
untai ganda maupun DNA untai tunggal dan melibatkan pemotongan basa spesifik
yang dilakukan dalam dua tahap. Tahapan dari metode Maxam-Gilbert
yaitu molekul DNA ditandai dengan radioaktif terlebih dahulu, lalu
dipotong-potong secara parsial menggunakan piperidin. Selanjutnya basa
dimodifikasi menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. basa dimodifikasi menggunakan bahan-bahan kimia tertentu.
Dimetilsulfat (DMS) akan memetilasi basa G, asam format menyerang A dan G,
hidrazin akan menghidrolisis C dan T, tetapi garam yang tinggi akan menghalangi
reaksi T sehingga hanya bekerja pada C. Dengan demikian, akan dihasilkan empat
macam fragmen, masing-masing dengan ujung G, ujung A atau G, ujung C atau T,
dan ujung C.
Gambar 3. Pembacaan Page dengan
Metode Maxam-Gilbert
Metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak
populer karena kerumitan teknisnya, digunakannya bahan kimia berbahaya, dan
kesulitan dalam scale-up. Selanjutnya digunakan metode Sanger. Dalam metode
Sanger diperlukan:
1. DNA
utas tunggal dalam jumlah cukup sebagai template DNA.
2. Primer
yang sesuai (sepotong kecil DNA yang berpasangan dengan template DNA dan
berfungsi sebagai starting point untuk replikasi.
3. DNA
polymerase (enzim yang mengkopi DNA, menambahkan nukleotida baru ke ujung 3
dari template.
4. Sejumlah
nukeotida normal.
5. Sejumlah
kecil dideoxynucleotide yang dilabel (radioaktif atau dengan pewarna
fluorescent).
6. Template
DNA direplikasi melibatkan nukeotida normal tetapi secara random dideoxy (DD)
nukleotida diambil (dipasangkan).
7. Penambahan
dideoxy nukeotida menyebabkan reaksi berhenti.
8. Hasilnya
DNA dengan panjang yang bervariasi , masing-masing berhenti pada DDnukleotida
tertentu yang dilabel. Karena tiap panjang yang berbeda bergerak dengan
kecepatan yang berbeda selama elektroforesis, maka urutannya dapat ditentukan.
Tahapan
sekuensing yang pertama adalah menyediakan dsDNA (double strand DNA). Lalu
memotong dsDNA (double strand DNA) menjadi ssDNA (single strand DNA). Setelah
terpotong diambil template (cetakan) DNA
dari ssDNA hasil potongan dari dsDNA tadi. Setelah itu seluruh alat dan bahan
untuk sekuensing DNA. Bahan untuk sekuensing adalah template (cetakan) DNA,
primer, dNTP, ddNTP dan enzym polymerase. Reaksi ini terjadi didalam tabung
sehingga disiapkan 4 tabung reaksi.
Masing-masing tabung reaksi diberikan ddNTP, yaitu ddGTP, ddCTP, ddATP, dan
ddTTP. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan ddNTP yang berbeda. Setelah
masing-masing tabung diisi dengan ddNTP, kemudian masing-masing tabung diisi
dengan dNTP, Yaitu dGTP, dCTP, dATP, dan dTTP. Dimasukan juga dNTP, primer, dan
enzim polimerase ke dalam tabung reaksi tadi. Enzim polymerase terus
mengkatalisis pembentukan polinukleotida dari nukleotida dNTP (deoksi
nukleotida tri phospat). Pada saat enzim taq-polymerase mengkatalisis
pembentukan ikatan antara nukleotida, deoksi-nukleotida (ddNTP) hadir berikatan
dengan polimer nukleotida sebelumnya. Kehadiran ddNTP (deoksinukleotida)
mengakibatkan terhentinya/terminasi proses polimerase, sehingga dihasilkan
rantai polinukleotida yang berbeda panjangnya. Perbedaan panjang polinukleotida
tersebut, mengakibatkan perbedaan letak pada gel agarosa. Polinukleotida yang
paling pendek bermigrasi/pergerakannya paling cepat pada gel agarosa.
C. Aplikasi
Aplikasi
dari restriksi dan sekuensing DNA terdapat dalam hal pemuliaan tanaman,
perlindungan tanaman, genetika,
bioteknologi, biologi molekuler, ,genomika.pemuliaan hewan ternak,
morfologi anatomi hewan, dan studi penyakit genetic. Dalam hal pemuliaan
tanaman dapat dilakukan pemanfaatan
teknologi sekuensing genom untuk mempercepat program pemuliaan tanaman. Sampai
saat ini, 39 spesies tanaman telah memiliki peta genom acuan. Dengan adanya
peta genom acuan memungkinkan peneliti melakukan resekuensing untuk memahami
secara lebih baik susunan genom individu koleksi SDG. Membantu mempercepat
penemuan berbagai variasi genetik untuk mendukung program pemuliaan tanaman
secara terarah, cepat, dan akurat menggunakan metode pemuliaan tanaman berbasis
data genom.
Selain
itu ada juga teknologi NGS. Filosofi
dasar teknologi ini diadaptasi dari metode sekuensing shotgun dan untuk
mendeskripsikan semua teknologi sekuensing selain teknologi sekuensing Sanger.
Dengan teknologi ini membuat
biaya sekuensing genom menjadi murah sehingga memungkinkan melakukan sekuensing
lebih banyak genom spesies tanaman dengan biaya yang terjangkau.
Spesies tanaman yang telah memiliki peta genom acuan dan diselesaikan
menggunakan teknologi NGS, yaitu:
Mentimun
(Cucumis sativus)
Apel
(Malus domestica)
Stroberi
hutan (Fragaria vesca)
Kakao
(Theobroma cacao)
Kedelai
liar (Glycine soja)
Jarak
pagar (Jatropha curcas)
Date
palm (Phoenix dactylifera)
Kentang
(Solanum tuberosum)
Thellungella
(Thellungella parvula)
Sawi
China (Brassica rapa)
Indian
hemp (Canabis sativa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar