Begitu juga saat aku bertanya kepada
ortuku, tentang opsi anehku itu. Mereka hanya binggung bagai mana aku bisa
memilih kuliah di tempat seperti itu, di kira aku akan belajar menjadi teroris.
Ortuku malah memberikan opsi sebagai dokter (wajar dari dulu ampe skarang orang
tua amat bangga dengan yang namanya dokter, pdahal kalau di artikan makna
dokter itu juga gak bagus2 amat, berasal dari dua kata dog dan ter)
Opsi yang kedua sebagai pengacara karna
menurut mereka menjadi pengacara itu sangat prospek, banyak di butuhkan.
Padahal sepertinya tugas pengacara itu hanya mengakali aturan Negara yang
sepertinya salah menjadi benar. Dan skill pengacarku juga nothing hhe
Opsi yang terakhir ortuku melihat
keahlianku, chemistry. Tapi mereka juga malah binggung, setelah kuliah jadi apa
nanti itu, apakah guru sedangkan aku sendiri langganan melanggar aturan
sekolah, bagai mana nanti mengajari murid2nya. Entahlah bagai mana hasilnya,
yang jelas masa depanku selalu saja tidak jelas, tanpa cita2 hahhaha
“Tenaga nuklir sangat kompetitif dibandingkan sumber energi lain.
"Sekitar 30 ton uranium bisa menghasilkan 1.200 megawatt. Padahal, di
Kalimantan saja kita mempunyai cadangan sekitar 10.000 ton uranium. Belum lagi
di Sumatera dan Indonesia Timur,". Bandingkan dengan energy fosil (batu
bara), 1 kg uranium yang di buat reaksi fusi, sama dengan 1000 ton batu bara
yang digunakan sebagai sumber listrik. Belum lagi gas karbonya sebagai akibat
pembakaran batu bara yang sangat banyak.
Artikelnya
memang gak jelas tapi beginilah hhe.